Rabu, 20 Maret 2013

SEJARAH BULUNGAN

  Kalimantan Timur dengan beberapa daerah Kabupaten/Kota saat ini semenjak abad 15 telah memiliki sejarah yang cukup terkenal. Bahkan terdapat dua kerajaan besar  yakni kerajaan Kutai Kertanegara dan Kutai Martapura yang menjadi bukti adanya kerajaan tertua di bumi nusantara. Namun didalam perjalanan sejarahnya ini, sekitar tahun 1555 hingga 1958 wilayah Kalimantan Timur masih terbagi lagi atas beberapa kerajaan besar, yakni Bulungan, Sambaliung, dan Gunung Tabur di wilayah Kalimantan Timur bagian utara dan Kerajaan Paser di wilayah bagian selatan.

  Nama Bulungan berasal dari legenda di kalangan masyarakat Bulungan, di kenal kisah Ku Anyi seorang pemimpin ( periode pertama sekitar 1400 - 1500 SM ) di kawasan Sungai Payan anak Sungai Pujungan yang hidup damai dan sejahtera bersama isterinya. Namun hingga masa tuanya mereka tidak juga mendapatkan keturunan. Setiap saat Ku Anyi berdoa meminta kepada Yang Maha Esa, untuk dikaruniai keturunan.

  Suatu hari saat berburu ke hutan, anjing Ku Anyi menyalak kearah sebatang bambu dan sebutir telur di atas tunggul pohon jemlai. Di bawanya pulang bambu dan telur itu ke rumah, kemudian oleh isterinya benda tersebut di letakkan di para - para dapur. Keesokan harinya mereka mendengan tangisan bayi dari dapur. Ketika dihampiri suara itu berasal dari bambu dan telur yang ia bawa. Sepasang bayi laki-laki dan perempuan itu di beri nama Jau Iru alias Guntur Besar dan Lemlaisuri. Masyarakat kemudian menyebutnya Bulongan ( Bambu dan telur )yang selanjutnya menjadi Bulungan. Versi lain menceritakan bahwa sebutan Bulongan berasal dari kata Bulu ( Bambu ) dan Tengon ( Sungguhan ).

  Pada tanggal 10 April 1950 Kalimantan Timur resmi bergabung dengan Republik Indonesia. Bulungan sebagai wilayah swapraja melalui SK Gubernur Kalimantan No. 186/ORB/92/14 tertanggal 14 Agustus 1950, yang disahkan menjadi Undang UU Darurat No.3/1953 dari Pemerintah RI, menetapkan Sultan Muhammad Djalaluddin ( sultan pada saat itu ) menjadi Kepala Daerah Istimewa pertama, sekaligus Sultan Bulungan yang terakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar